Mengalami yang namanya hidung mampet bin tersumbat tentu tidak mengenakkan. Susah bernafas. Sekian lama hidung lancar dalam mengambil udara rupanya jarang disyukuri, atau malah hampir tak pernah disyukuri?
Sepatutnya, memikirkan nikmat menghirup udara yang gratis dari Allah ini dapat mendatangkan perasaan cinta kepada Allah. Namun, akal yang mengingat amat sangat lemah. Ingatan kepada Allah akan sirna bila berpikir yang lain.
Para Sahabat, hasil didikan rohani dari Rasulullah, sampai merasakan bahwa ketika menghirup nafas merasa belum tentu dapat menghembuskannya kembali. Atau sebaliknya, bila menghembuskan nafas, merasa belum tentu dapat menarik nafas kembali. Jenuh akal berpikir, jadi memang harus pakai ilmu rasa.
Pendidikan akhir zaman, banyak menekankan pengunaan akal. Ilmu rasa ini hampir tidak pernah dilatih. Sedangkan nafsu tidak juga dikekang. Alhasil, akal jadi diperbudak oleh nafsu. Akal yg makin pandai, makin pandai pula buat maksiat. 1001 cara maksiat bisa dipikirkan. Jerat hukum dunia pun diakali nya. Memang sih bisa lolos di dunia, tapi bagaimana bisa lepas dari pantauan Tuhan yang Maha Mengawasi?
Rasa diawasi inilah yg perlu dipupuk dan disuburkan.
No comments:
Post a Comment