Sunday, May 4, 2014

[KONSULTASI] Hukum Suami Egois dan Keras

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan email dari pembaca blog saya. Mungkin beliau membaca posting tulisan yang ini: http://whasid.wordpress.com/2013/01/25/kewajiban-istri-terhadap-suami/ atau yang ini http://whasid.wordpress.com/2012/09/21/kewajiban-suami-terhadap-istri/

Namun, karena kesibukan memasak buat tetamu dan peserta kursus pernikahan juga persiapan acara Syukuran pernikahan 6 pasang pengantin Staff Global Ikhwan, email tersebut belum saya respon. Pagi ini alhamdulillah ada keluangan waktu, dan sengaja saya publish email tersebut (dengan menyamarkan nama pengirim tentunya) di blog ini. Harapan saya, semoga ada pandangan-pandangan yang lebih bernas dalam merespon pertanyaan yang diajukan.

nah, berikut email ibu tersebut:


Assalamu'alaikum Wr Wb..


Sebelumnya saya mohon maaf karena saya mengirimkan email ini ke Bapak, saya mengetahui email Bapak dari blog Bapak tentang Kewajiban Suami Terhadap Isteri.

Saya K, seorang istri dan seorang ibu dengan dua anak. Saya sudah menikah kurang lebih sembilas belas tahun yang lalu, usia saya sekarang 38 tahun dan suami saya 42 tahun, saya menikah dalam usia masih muda. 

Selama usia pernikahan itu, jika kami berselisih paham, suami saya selalu mendiamkan saya.
Untuk permasalahan saya kali ini, suami saya mendiamkan saya sudah lima hari, padahal saya tidak pernah mengerti apa salah saya, awalnya hanya karena saya salah bicara dengan menanyakan sesuatu yang saya tidak tahu tentang keberadaan suami saya semalam (yang ternyata suami saya tidur di rumah ibunya karena ibunya sakit parah), dan saya tidak diceritakan secara detail tentang sakit ibunya. Itu yang membuat saya tersinggung karena suami saya tidak terbuka tentang sakit ibunya. Akhirnya kami saling membela diri dengan alasan kami masing-masing. Dan lagi-lagi saya yang harus minta maaf duluan dengan mencium tangan suami. Akan tetapi suami ternyata masih marah dengan mendiamkan saya, tapi saya tetap menyapa dia dan bersikap layaknya seorang istri dengan tetap memberi makan dan minum walaupun suami saya tidak pernah mau menyentuh makanan dan minuman yang saya buat. 

Suami sering mendiamkan saya, bahkan pernah sampai sepuluh hari mendiamkan saya.

Itulah Pak pada intinya sifat suami saya.


Yang ingin saya tanyakan :
1. Apakah saya berdosa telah menyinggung suami saya dengan pertanyaan saya itu?
2. Apa hukumnya jika suami mendiamkan istrinya selama itu?
3. Apa yang harus saya lakukan?

Saya mohon dengan sangat jawabannya Pak, karena saya bingung dan sangat memerlukan masukan yang baik.


Terimakasih banyak dan semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak. Aamiin..


Wassalamu'alaikum Wr Wb..

Respon saya:

Sebelum mendiskusikan mengenai perkara hukum, alangkah baiknya bila Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang itu kita kenali terlebih dahulu. Hukum syariat, Allah yang ciptakan. Rasululah saw selama 13 tahun berdakwah di Makah memperkenalkan Allah hingga Allah ditakuti dan dicintai. Perasaan merasa bersama Allah begitu mendalam sehingga ketika Sayidina Bilal dijemur di tengah padang pasir di bawah terik mentari sambil ditindih batu besar, beliau cukup bersama Allah. Ahad, Ahad, Ahad, itu yang terluncur dari mulut Sayidina Bilal. Beliau menjadi kuat bila bersama Allah. 

Setelah Allah sudah dikenali, ditakuti dan dicintai, barulah 11 tahun fase Madinah hukum-hukum syariat yang sangat banyak itu diturunkan. Maknanya, tanpa takut Allah dan cinta Rasulullah saw, hukum-hukum syariat itu mustahil dijalankan. Yang ada hanya akan menjadi bahan perdebatan dan bahan saling menyalahkan.

Bila kita kenal Allah, kan kita yakin bahwa tiada perkara yang berlaku terjadi tanpa izin Allah. Demikian pula yang terjadi pada kehidupan rumah tangga ibu. Allah yang mengatur segalanya. 

Setiap ujian, Allah datangkan supaya si hamba kembali kepada Tuhannya. Allah tempat kita mengadu. Allah tempat kita bergantung. Allah penyelesai semua masalah.pertanyaannya, adakah kita sudah mengenaliNYA? adakah kita sudah takut dan cinta kepadaNYA? Adakah kita sudah mencintai pesuruhNYA?

Rasanya persoalan utamanya ada pada perkara yang asas tersebut. Jadi apa yang harus dilakukan?

1. Banyak-banyak mohon ampun kepada Allah. Mengaku salah dihadapan Allah, menyerah diri kepada Allah. Bukankah Nabi Yunus, Nabi yang Maksum itu pun bersujud sambil berdoa: 

Bukankah Rasulullah saw yang maksum itupun juga istighfar minimal 70 kali sehari? lagilah kita hamba yang terlalu banyak salah dan dosa. Insya Allah bu, kalau kita banyak meneliti kesalahan sendiri, ngak sempat kita lihat kesalahan orang lain, apalagi kesalahan pemimpin. Hati akan tenang dengan dunia dan teringat selalu kampung yang abadi yakni akhirat. Hidup di dunia ini sebentar saja.

2. Banyak bershalawat menghubungkan hati dengan kekasih Allah yatitu Rasulullah saw.

3. Perbaiki sholat. Sholat adalah perhubungan kita dengan Allah. Bagaimana mau memperbaiki hubungan dengan suami bila hubungan dengan Allah yang memiliki dan menciptakan serta memberi suami saja diabaikan. Usahakan sholat di awal waktu. Betulkan bacaan2 sholat, pahami makna bacaan yang dibaca. 

Rasanya sekian dulu. 

wallahua'lam. 





2 comments:

  1. Subhanallah jawaban yg mulia sekali,,, sangat mengetuk hati saya krn banyak sekali kesalahan2 diri yg belum diperbaiki.
    Terimakasih ustad utk sentilan jawabannya

    ReplyDelete
  2. Assallamuallaikum pak ustad
    Saya mau bertanya pak ustad
    Apakah salah seorang istri marah sama suami , tapi marah seorng istri buat ke disiplinan buat suami setelah saya mara - marah suami langsung pergi pak pulang ke rumah org tua nya saya tunggu" di rmh tp gk pulang" pak udh 3 hari terus juga suami sya gk pernah kasih nafkah lagi selama saya buka usaha pak trs saya udh punya satu anak , mohon dengen sangat jawabanya pak ,
    Terima kasih pak ustad

    ReplyDelete