Friday, January 31, 2014

Menilai kawan

Sudah mafhum kita akan hadis masyur yang bermaksud, kalau seorang berkawan dengan pandai besi maka dia akan terikut bau hangus, sedangkan yang berkawan dengan tukang minyak wangi akan terikut harum.

Sudah mafhum pula syair terkenal dari Sunan Bonang,  "wong kang sholeh kumpulono", (berkumpullah dengan orang yang sholeh).

Sedikit OOT,  kalau kata mas adnan basalamah, kalau kamu pengen jadi orang kaya, 5 orang kawan terdekatmu mesti orang kaya hehehe.

Pesan moral:

Kalau dibilang jangan berteman dengan musuh, ya akur aja deh.

Thursday, January 30, 2014

Harapan dan Angan-angan

Harapan atau cita-cita adalah sumber penggerak seorang manusia.  Dengan harapan atau cita-cita,  manusia maju dan bergerak.  Tanpa harapan manusia akan mundur,  terbelakang dan beku. 

Secara umum, harapan dan cita-cita manusia terbagi menjadi 3 kategori :

1. Harapan dan cita-citanya seputar bagaimana cukup makan,  cukup sandang dan cukup papan.  Sebagian malah bercita-cita dan berharap menjadi orang yang lebih dalam ketiga hal tersebut.  Singkat kata,  ingin kaya,  makan enak,  dan rumah magrong-magrong (baca: rumah bak istana).

Masih dalam golongan ini,  adalah manusia yang mempunyai cita-cita mempunyai istri yang cantik rupawan.

2. Harapan dan cita-cita nya adalah untuk berkuasa.  Bila dia berkuasa maka dia rasa segala kemudahan hidup akan di dapat.  Dengan berkuasa,  dia akan bisa menyuruh-nyuruh orang dan manusia akan menghormati dan melayani dia.  Tak heran,  manusia golongan ini akan menghalalkan segala macam cara untuk mencapai cita-cita dan harapannya.

3. Jenis yang ketiga,  adalah manusia yang harapan dan tujuan hidupnya untuk kebanggaan diri.  Dia berbuat agar exist dan diakui manusia.  Dia sekolah setinggi-tingginya,  dia buat macam-macam hal baik yang positif maupun negatif untuk membuktikan eksistensi dirinya. 

Nah,  itu yang umum.  Ada pula sebagian kecil manusia yang bertujuan menjadi hamba dan khalifah Allah.  Ya,  tidak banyak manusia yang bercita-cita dan mempunyai harapan menghambakan diri kepada Allah dan menjadi duta Allah mengelola dunia ini.  "Sedikit sekali hambaKU yang bersyukur", demikian termaktub dalam Al Quran.

Yang namanya harapan atau cita-cita cirinya adalah disertai dengan amal.  Tanpa amal,  namanya angan-angan.

Orang yang bercita-cita kaya harta tapi malas-malasan, ngimpi namanya.  Demikian juga orang yang mengharap redho Allah tapi rajin buat maksiat,  angan-angan namanya.

Sebuah ungkapan yang menarik dalam kitab Al Hikam,  "harapan adalah yg disertai amal,  jika tidak ia adalah angan2".

Friday, January 24, 2014

Jangan Main Api

Nasehat "jangan main api" rasanya nasehat yang cukup populer.  Api kalau kecil memang bermanfaat,  tapi kalau besar tak terkendali akan membawa bencana.

Nasehat "jangan main api" cukup relevan baik untuk api lahiriah maupun api batiniah. Cuma,  api batiniah ini terkadang susah dikesan walaupun api itu sudah membakar jiwa.  Hanya orang -orang yang diberi "basyirah" (pandangan tembus) yang mampu mengesannya. 

Itulah perlunya kita mendengarkan dan taat pada orang2 yang diberi "basyirah".

Termasuk pula bila kita diberi nasehat,  jangan dekat2 dengan orang yang bermain api.  Memang kita tidak bermain api,  tapi kita bawa bensin.  Begitu mendekat saja,  bum.... Terbakar....

Friday, January 17, 2014

Rasa Hamba

Manusia adalah Hamba Allah. Tiada seorang muslim memungkiri hakikat ini.Setidaknya dari pengakuannya ketika melafadzkan syahadat. Dia akui Allah adalah Tuhannya.

Namun, manusia banyak lupa dan lalai dengan statusnya sebagai hamba. Padahal, bila manusia lalai dengan statusnya sebagai hamba, maka manusia akan menuhankan nafsunya. Bila nafsu sudah menjadi Tuhan, maka berbagai kejahatan akan dibuatnya. Bila tak bertaubat, neraka adalah tempat kembali nya,  na'udzubillah min dzalik.

Maha baik Tuhan, untuk menyelamatkan hamba2 yang lalai dari statusnya sebagai hamba Maka Tuhan datangkan berbagai bentuk ujian dan bencana supaya manusia ingat kembali statusnya sebagai hamba.

Firman Allah:

(Al-Baqarah):155 - Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

(Al-Baqarah):156 - (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

(Al-Baqarah):157 - Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ya.... orang yang kembali ingat status dirinya adalah hamba, itulah orang yang mendapat berkat, rahmat dan petunjuk. Sungguh ajaib orang seperti itu di akhir zaman.

Nah,  saya sebenarnya hendak sedikit berbagi cerita orang yang ajaib itu.

Semalam beliau bertanya, mengapa Jakarta banjir?

Adalah kawan yang menjawab: "karena hujan di bogor, air banyak datang dari bogor".

99,99% orang di zaman ini akan setuju dengan jawaban kawan saya itu. Saya pun setuju. Logik jawaban itu.

Mungkin sebagian kita akan menambahkan, "fasilitas penyerapan air kurang, tempat parkir air kurang, dan jawaban sejenis"

Begitulah rusaknya akidah orang akhir zaman. Rasa hamba telah tercabut dari dalam jiwa. Hinggalah akal dipuja dan dijadikan tempat merujuk.

Padahal, mengapa Tuhan sampai datangkan banjir? Siapa yang turunkan hujan di bogor? Siapa yang menaikkan pasang air laut sehingga air hujan tidak dapat pergi ke laut?

Bukankah Tuhan yang turunkan hujan?

Mengapa hati kita sampai begitu lalai dengan Tuhan? Mengapa rasa sebagai hamba Tuhan yang lemah, berdosa, kerdil, tak mampu, semua itu tercabut dari hati kita?

Mengapa kita jadi berpikir dan merasa curah hujan yang tinggi di bogor yang bertanggungjawab. Mengapa kita pikir kapasitas situ/tasik/danau/empang yang kurang menjadi sebab? Mengapa tidak terpikir bahwa banjir adalah ingatan Tuhan agar kita merasa hamba?

Padahal, tertusuk duri pun ada kaitannya dengan dosa, lagilah ini banjir yang begitu menyusahkan.

Rupanya sudah begitu jauh Tuhan dari hati kita.  Sehari shalat 5 waktu menyebut namaNYA tapi dalam kelalaian. Selepas salam langsung tiada kesan bahwa kita adalah hamba Tuhan yang segala2nya tidak bisa lepas dari Tuhan. Sampai2 banjir yang sangat menyusahkan itu pun kita tidak menginsyafkan kita untuk merasakan Kuasa Tuhan dan sekaligus merasa diri kita hamba yang lemah.

Moga... kedatangan beliau membawa keberkatan. Membawa hati2 kita ingat kembali siapa Tuhan kita.