Tuesday, February 3, 2015

Syeikh Ahmad Badawi, Sholawat Badawi dan Kisah Nabi Muhammad saw

Dalam perjalanan untuk menghayati kisah Nabi Muhammad saw, ada beberapa paket yang perlu di disiplinkan. Paket yang utama adalah paket sholat. Sholat adalah hal yang menjadi keutamaan.

Dipahamkan kepada kita bahwa Sholat adalah tiang agama, kokoh tiangnya maka kokoh agamanya. Sholat juga merupakan amalan pertama yang akan dihisab. Bila baik sholat maka semua amal akan dinilai baik. Sholat juga merupakan amalan yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Jadi, sholat yang dilaksanakan dengan penuh khusyuk dan khuduk akan melahirkan pribadi agung yang begitu cinta dan takut kepada Allah dan rindu kepada Nabi Muhammad saw.

Untuk membantu terlaksananya sholat yang penuh khusyuk tersebut, kehidupan keseharian kita perlu mengikuti jadwal sholat. Bukan malah sebaliknya, sholat mengikuti jadwal kehidupan keseharian kita. Bila bekerja, maka pekerjaan itu dilaksanakan di antara waktu sholat. Bila belajar, maka belajar itu di lakukan diluar jadwal sholat. Jangan sampai karena bekerja, karena meeting, karena belajar, waktu sholat diketepikan. Sholat diberi prioritas nomer sekian sehingga terkadang sholat dilaksanakan diujung waktu.

Untuk membantu terlaksananya sholat yang khusyuk, guru saya mengajarkan untuk bersholawat 30 menit sebelum masuk waktu sholat. Jadi, pertemuan (meeting) dengan Allah itu ditunggu dengan menghubungkan hati dan ruh dengan Nabi Muhammad saw. Kita sangat mengharapkan agar Nabi Muhammad saw dengan syafaatnya, membawa hati kita khusyu dengan Allah.

Shalawat yang diistiqomahkan untuk dibaca sebelum sholat adalah sholawat Badawi.
Berikut ini videonya:




terjemahannya:
Ya Allah sampaikanlah salam rindu kepada,
Cahaya sebagai sumber segala cahaya,
rahasia segala rahasia,
obat seluruh penyakit,
anak kunci segala kejayaan,
Dialah yang kami sangat rindu,
Nabi Muhammad yang terpilih,
keluarganya yang suci,
serta para Sahabat yang menjadi pilihan,
sebanyak bilangan nikmatmu dan kemulianmu ya Allah.

Siapakah Syeikh Ahmad Badawi ini?

Biografi beliau di wiki, tapi bahasa Arab: Syeikh Ahmad Badawi

Dari sumber lain: http://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2014/01/syaikh-ahmad-al-badawi-shalawatnya.html

Syaikh Ahmad Badawi mempunyai nama lengkap Syeikh Ahmad bin Ali Bin Yahya Al-Badawi. Beliau lahir di Kota Fes, Maroko pada tahun 596 H./1199 M. Syeikh Ahmad Badawi merupakan seorang imam sufi, wali qutub dan pendiri thariqah Al-Badawiyah. Beliau dijuluki Al-Badawi karena menutup wajahnya seperti yang dilakukan oleh orang Arab Badui. Kakek beliau sebelumnya tinggal di Jazirah Arab. Kakek beliau datang di Fes Maroko karena semakin brutalnya aksi Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi terhadap kalangan Alawiyin.
Nasab Al-Badawi dari jalur ayah sampai kepada sayyidina Husein bin Ali, bin Fathimah Az-Az-Zahra' binti Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam. Berdasarkan kesepakatan ulama nasab, dan ahli sejarah, secara lengkap nasab beliau adalah Ahmad bin Ali bin Yahya bin Isa bin Abu Bakar bin Ismail bin Umar bin Ali bin Utsman bin Husein bin Muhammad bin Musa bin Yahya bin Isa bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Ja'far Az-Zaky bin Ali Al-Hadi bin Muhammad al-Jawwad bin Ali Ridlo bin Musa al-Kadhim bin Ja'far As-Shadiq bin Muhammad al-baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

Sebagian ahli Nasab dan sejarah meragukan sampainya rantai nasab beliau kepada rasulullah shallallahu alaihi was sallam. Diantara mereka adalah Imam Fakhruddin Ar-Razi yang mengatakan bahwa Hasan bin Ja'far bin Ali Al-Hadi adalah orang yang masih diperselisihkan oleh para ulama apakah ia mempunyai anak atau tidak. Sedangkan kalangan Syiah membenarkan rangkaian nasab Al-Badawi. Mereka menisbatkannya kepada Ali bin Ja'far Az-Zaky bukan kepada Al-Hasan bin Ja'far Az-Zaki, karena Al-Hasan tidak mempunyai keturunan.

Beliau hijrah ke Mekah saat berumur 7 tahun (Tahun 603 H./1206 M), dimana perjalanan kesana memakan waktu empat tahun, tiga tahun diantaranya beliau bermukim di Mesir. Di Mekah berdasarkan sumber-sumber dari kalangan shufiyah, beliau selalu beristiqamah melakukan thawaf semenjak kecil, setelah itu beliau masuk ke sebuah gua di gunung Abil Qubais untuk melakukan Ibadah. Amalan ini beliau lakukan hingga belaiu berumur 38 tahun saat beliua melakukan safar ke Irak, bersama kakak kandungnya, Hasan.

Di Irak beliau menziarahi berbagai kota tempat bermukim atau bersemayamnya para ulama, diantaranya ke Kota Syaikh Ahmad bin Ali Ar-Rifa'i, pusat thariqah Rifa'iyah. Juga ke makam Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, kemudia ke makam Syaikh Adiy bin Musafir Al-Hikari mu'assis thariqah Al-Adawiyah.
Ketika al-Badawi berada di sebuah desa dekat Mosul, terjadi perselisihan antara dirinya dengan seorang wanita bernama Fatimah. Wanita ini cantik dan kaya. Tetapi ia senang membuat lelaki jatuh cinta kepadanya. Demikian pula ia lakukan hal itu kepada Al-Badawi, tetapi ia tidak mampu, hingga ia merayu al-Badawi untuk menganinya. Diakhir cerita si wanita bertaubat di tangan al-Badawi.
Sekembali dari Irak pada tahun 635 H, Al-badawi mempunyai kebiasaan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Beliau semakin banyak melakukan shalat dan puasa, banyak berdiam diri dan sering menengadahkan wajah ke langit. Fatimah saudara perempuan beliau mengadukan kepada kakaknya Hasan: "Wahai saudaraku! Sesungguhnya saudara kita Ahmad selalu qiyamullail sepanjang malam. Selalu mamandang langit dan siang hari ia berpuasa, hingga bulatan hitam matanya menjadi mereka bagaikan bara. Dia pernah selama 40 hari tidak makan dan tidak minum".
Hijrah ke Mesir
Pada tahun yang sama setelah pulang dari Irak, beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Mesir dengan tujuan kota Thantha. Perjalanan ini bukan hanya sebatas ziarah, tetapi sebuah hijrah berdasarkan mimpi beliau. Begitu Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani menuturkan.
Sebenarnya terdapat banyak pendapat ulama tentang alasan Al-Badawi hijrah ke Mesir, dan menetap di Thantha. Dikatakan bahwa beliau mempunyai pemikiran bahwa secara geografis Thantha berada di tengah diantara Kairo dan Iskandariyah, yakni berada tepat di tengah Delta sungai Nil. Dengan letak yang seperti ini, diharapkan penyebaran thariqah yang beliau bangun dapat cepat menyebar, ketika beliau menetap di sana.
Di Thanta beliau menetap di rumah seorang saudagar bernama Ibnu Syuhaith atau Ruknuddin. Beliau menetap di loteng rumah yang berdekatan dengan masjid Al-Bahiy ini hingga selama 12 tahun dan seluruhnya dihabiskan dengan tidak makan dan minum setiap 40 hari.
Dalam kitab-kitab tashawuf, disebutkan karama-karamah yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Al-Badawi. Diantaranya yang paling masyhur adalah beliau mampu membebaskan para tawanan Mesir dari tangan tentara Eropa saat terjadi perang Salib. Atas kejadian ini dalam catatan sejarah Mesir terkenal sebuah ucapan, yaitu "Allah, Allah, Ya Badawi, Jabil Yusra", yang berarti Al-Badawi telah datang membawa tawanan.
Saat ini di Thantha, setiap tahun ada dua peringatan untuk mengenang beliau, yaitu di bulan April dan bulan Oktober. Peringatan di bulan Oktober ini adalah peringatan kelahiran beliau, yang merupakan peringatan terbesar di Mesir secara umum. Pada saat iru sekitar dua juta peziarah memenuhi masjid beliau yang berada di tengah di kota Thantha.

Sayyidi Syaikh Ahmad Al-Badawi wafat di Thanta pada hari selasa 12 Rabiul Awal 675 H / 24 Agustus 1276 M, saat berusia 79 tahun. 
Makam Syeikh Ahmad Badawi di Thanta Mesir
 Beberapa komentar ulama mengenai Fadhilat Sholawat Badawi 
Tok Syaikh Wan 'Ali Kutan al-Kelantani rhm. dalam kitabnya "al-Jawharul Mawhub" halaman 29 menulis, antara fadhilat sholawat ini seperti berikut:-

Telah menyebut kebanyakan dari orang yang 'arifin bahwa sholawat ini telah mujarrab bagi menunaikan segala hajat dan melipur lara segala dukacita dan menolakkan segala bala` dan menghasilkan segala anwar dan asrar. Dibacakan dia tiap-tiap hari 100 kali.

Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani rhm. dalam "Afdhalush Sholawat" juga membuat nukilan sebagaimana di atas dari Sidi Ahmad Zaini Dahlan rhm. dengan sedikit tambahan, yaitu: ".....bahkan sholawat ini mujarab untuk segala sesuatu dan bilangan wiridannya ialah 100 kali setiap hari. Sewajarnya para muridin memulakan suluk mereka dengan shighah sholawat ini ....."

Hikmah dari membaca sholawat ini ialah menerangkan hati dapat menyingkap rahasia-rahasia ilmu dan mengobati racun-racun dan pembuka rezeki. Sholawat ini hendaklah dibaca setiap hari 100 kali atau 92 kali.

Sayyid Ahmad Ruslan mengomentari shalawat ini, "Shalawat ini sangat mujarab untuk menunaikan hajat, mengusir kesusahan, menolak bencana, dan memperoleh cahaya; bahkan sangat manjur untuk segala keperluan."

Peringatan!
Guru saya, Abuya Ashaari Muhammad at Tamimi, memberi peringatan khusus dalam hal fadhilat ini. Kita beribadah tujuan sebenarnya adalah untuk menuju Allah, untuk menggapai keredhoan Allah, untuk semakin dekat dengan Allah. Janganlah beribadah bertujuan untuk mendapatkan fadhilat. Fadhilat itu hadiah, hak Allah. Terserah Allah apakah fadhilat itu akan diberi atau tidak diberi. KAlaupun diberi, terserah Allah apakah akan diberi di dunia ataukah di akhirat. Bila beribadah untuk tujuan fadhilat, maka rasa hamba akan sulit di dapat.

Dalam kaitan dengan sholawat pula, tujuan utama bersholawat adalah untuk menghubungkan hati kita dengan Nabi kita, Nabi Muhammad saw. Memang Alalh janjikan bermacam-macam fadhilat dan keberkatan dengan sholawat ini. Tapi jangan bersholawat untuk mendapatkan fadhilat. Bersholawatlah agar makin subur rasa cinta dan rindu kepada Nabi Muhammad saw. Bila Nabi Muhammad saw sudah menjadi kekasih kita, yang mana Baginda adalah kekasih Allah, tentulah tanpa kita minta pun Allah akan selesaikan masalah kita dan memenuhi hajat-hajat kita.

Syair Syeikh Ahmad Badawi ketika Menziarahi Nabi Muhammad saw di Madinah.

Cemburu saya mendengar luahan hati seorang Syeikh Ahmad Badawi ketika berziarah ke Makam Nabi. Coba tonton video-nya, dilengkapi dengan terjemahan sehingga kita dapat merasakan betapa intim-nya hubungan mereka.



Syair Syeikh Ahmad Badawi ketika ziarah Nabi Muhammad saw.

Wahai Allah! Limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad saw.
Wahai Tuhanku! limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan ke atasnya.

Jika dikatakan: Apakah yang kamu bawa pulang selepas menziarahi maqam Nabi Muhammad saw?
Wahai semulia-mulia makhluk! Apakah yang patut kami jawabkan?

Katakanlah: Kami kembali dengan membawa segala kebaikan
dan telah berhimpn generasi sekarang dan dahulu

Wahai Allah! Limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad saw.
Wahai Tuhanku! limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan ke atasnya.

Kalau bukan karenamu, wahai hiasan dunia (Nabi Muhammad saw)!
Niscaya tidak bhagia hidup dan kewujudanku

Dan tidaklah aku  beribadat melalui sholatku,
di dalam ruku maupun sujud

Wahai Allah! Limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad saw.
Wahai Tuhanku! limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan ke atasnya.

Wahai malam (kelahiran Rasulullah saw) yang penuh keredhaan Ilahi!
Berulanglah agar menjadi tentram jiwaku

Datanglah semula dengan segala kebaikan,
Dengan berkat Al Musthofa yang mulia keturunannya

Wahai Allah! Limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad saw.
Wahai Tuhanku! limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan ke atasnya.

Demi Allah! Sampaikanlah aku kepada tebusan jiwaku (Nabi Muhammad saw)!
Aku bimbang dan sedih kiranya tidak dapat syafaatmu

Aku hamba yang sangat cinta pada hadratmu;
hari dapat bertemu denganmu adalah hari rayaku

Wahai Allah! Limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad saw.
Wahai Tuhanku! limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan ke atasnya.

Kami akhiri dengan sholawat ke atas Nabi kami;
dan keluarganya yang kuat ruku dan sujud



No comments:

Post a Comment