Mati adalah proses berpindahnya ruh manusia dari alam dunia menuju alam barzakh. Begitu mati, maka terputuslah dunia dari kehidupan seorang manusia. Di alam barzakh, manusia akan diinterogasi oleh malaikat munkar dan Nakir. 'man rabbuka', siapa Tuhanmu? Ngak bisa jawab wah... habis deh dihajar oleh kedua malaikat tersebut.
Bila kita cinta duit, sedangkan hanya Allah yang layak dicintai maka untuk mengobati penyakit cinta duit adalah dengan bersedekah. Dengan sedekah, akan terjadi perpisahan antara kita dengan hal yang kita cintai tersebut. Al hasil, semoga cinta Allah dapat bersemi di dalam hati kita.
Pun demikian hal-nya apabila kita cinta dunia lebih dari cinta Allah, maka mengingat kematian adalah obat yang manjur. Karena hakikat kematian adalah perpisahan antara kita dengan dunia yang begitu kita cintai. Bila ingat mati, maka rasa gemetar akan menghadapi interogasi dari Munkar Nakir akan menyergap hati kita.
Ah... tapi semua orang akan mati, biasa aja kaleeee...
Duh, itu pula perasaan yang muncul. Dasar manusia akhir zaman, keimanannya memang setipis kulit bawang. Keyakinan akan hari setelah kematian begitu tipis sehingga memandang kehidupan ini akan berlangsung selamanya.
Bila diingatkan untuk mengingat mati, saya suka mengingat Embah kakung, mbah Abdul Fatah. Beliau meninggal pada usia lebih dari 100 tahun. Beberapa bulan sebelum meninggal, beliau sowan mbah Mangli, seorang kyai yang disebut2 banyak memiliki karomah. Dalam kunjungan ke rumah mbah Mangli, beliau dapat hadiah berupa uang dan kain kafan. Kata mbah mangli: " sampiyan duluan ya". Dan memang benar, sepulang dari tempat mbah Mangli, simbah sakit dan meninggal dunia. Sedangkan mbah Mangli juga meninggal dunia setelah simbah. Al fatihah.
Saya ingat sekali peristiwa ini karena kejadian meninggal nya simbah Abdul Fatah adalah pada senin malam/malam selasa kliwon. Hari itu tanggal 3 Mei. Saya lahir pada hari selasa kliwon 4 mei. Jadi, pada hari ulangtahun saya yg ke 11 itu, menjelang subuh saya dihadiahi melihat jasad simbah yg terbujur kaku diselimuti kain batik. Dihari ulang tahun itu, saya juga menyaksikan jasad simbah dikubur dalam tanah.
Ah, perayaan hari lahir yang cukup spesial. Perayaan yang menyisakan tanya, "untuk apa manusia hidup? "
Satu pertanyaan yang dijawab dengan cantik oleh Abuya Ashaari dengan sebuah kuliah bertajuk " mengapa manusia hidup". Terima kasih mbah fatah, terimakasih mbah Mangli, memberi saya hadiah yang tak terlupakan di hari ulang tahun ke 11. Moga saya dapat lulus ujian dunia ini, dan masuk alam barzakh dengan hati yang selamat.
Link Kisah Mbah Mangli
mbah Mangli dipeluk Buya Maliki
No comments:
Post a Comment