Sunday, March 8, 2015

Kisah Bishr Al Hafi

Weekend ini sebenarnya saya berencana pergi silaturahmi ke Curug ke kediaman Gufron, bersama Genug, ukik, dan pak pulung. Namun, rencana tersebut batal.

Seminggu ini sebenarnya saya mencoba menghindari mengikuti perkembangan kekisruhan politik yang rasanya tiada habisnya. Tapi kok ya baca juga kelanjutan kisruh UPS, ahok vs dprd. Sampai tagar #savehajilulung pun ikut kebaca. Pusing kali bacanya. Media yg pro dan kontra Menambah keruwetan. Ga jelas ujung pangkal, dan makin menambah jiwa menjadi gersang.

Jiwa akan tenang bila ingat Allah. Namun, adakah media yang memuat berita2 terkini membawa pembacanya untuk ingat Allah dari setiap berita terkini?

Karena batal ke curug dan rencana ke bandung yg semula sabtu sore dimajukan jadi sabtu pagi, maka sabtu pagi saya pun jadinya pergi ke Bandung. Sabtu sore sempat silaturahmi ke warungnya mas Danang Mardowo. Sejak saya lulus kuliah tahun 2004 ngak pernah ketemu. Setelah 11 tahun bisa jumpa lagi.

Ngobrol dengan Danang ini selalu seru dari dulu :))

Ngobrol seputar konsep sistem ekonomi Islam sampai sistem maasy. Sistem maasy ini, setelah saya deskripsikan secara singkat, danang sebut dengan sistem belajar ikhlas. Ya.... Istilah dia memang itulah esensi dan tujuan utama sistem maasy ini. Bekerja untuk Allah ya memang niatnya perlu murni untuk Allah bukan untuk yang lain.

Semoga silaturahminya bisa terus berlanjut. Sayang gadget buat poto2 baru dilego, jadi sementara waktu gak foto2 dulu hehehe.

Di jalan baca kisah Bishr Al Hafi yg dishare oleh Tuan Harun bin Taat.

Alhamdulillah, seperti menemukan oase ditengah gurun pasir.

Ini saya alih bahasa biar lebih nyaman dibaca.

http://anjangmuor.com/2015/03/07/kisah-bishr-al-hafi/

****************************.

Al Hafi itu bahasa jawanya "nyeker" atau Yang tak pakai alas kaki. Kita yang pakai alas kaki mahal-mahal belum tertulis dalam sejarah. Tapi dengan kuasa Allah, ada orang yang menjadi wali Allah walaupun dia "nyeker" alias tanpa alas kaki. Bagaimana ceritanya?

Jika kita pernah mendengar nama Imam Ahmad bin Hanbal, maka tentu kita tahu siapa dia, seorang ulama yang sangat hebat dengan ilmunya.

Namun, Tuan Ahmad bin Hanbal ini, yang mempunyai banyak pengikut dan anak murid, tetap sering mengunjungi seorang lelaki bernama Bishr bin al Harith.
Cukup pelik, seorang imam besar tetapi sering bersama dengan orang biasa sehingga murid nya sering tertanya apa yang membuat dia sering mengunjungi lelaki bernama Bishr.

Bishr ini tukang mabuk dan suka minum arak, pada mulanya. Sampai pada satu hari, dalam keadaan mabuk dan berjalan sempoyongan, dia menemukan sekeping kertas di atas tanah yang tertera perkataan “Bismillahir Rahmaa nir Rahiim”. Lalu dia berhenti dan mengutipnya.

Dalam keadaan mabuk dan uang sedikit yang ada pada nya, dia membeli minyak attar dan dan bunga mawar lalu menjadikan kertas tersebut jadi wangi. sampai di rumah, dia menyimpan kertas itu di tempat yang tinggi di rumahnya.
Pada malam itu seorang alim telah bermimpi dalam mimpinya terdengar perkataan mengenai Bishr .

Orang alim itu mendengar kata-kata ini kepada Bishr, “ Kamu telah mengharumkan nama Ku, Aku akan harumkan nama mu, kamu telah mendaulatkan nama Ku, Aku akan mendaulat kan nama mu, kamu telah menyucikan nama Ku, Aku akan menyucikan nama mu’.

Dia sadar dari tidur dan berkata, “Oh, Bishr tukang mabuk tak mungkin mimpi ini untuk dia aku mungkin sudah silap”. Lalu si alim ini tidur kembali.
Lalu dia mengambil wudhu dan sambung tidur kembali. Namun, mimpi itu datang lagi berulang kali dengan perkataan yang sama.

Pada keseokan harinya, tanpa membuang waktu dia pergi mencari Bishr. Setiap kali bertanya pada seseorang mereka akan jawab, ”Dia di mana lagi kalau bukan di majelis minum arak”.

Bila sampai di rumah yang Bishr sedang minum bersama sahabatnya , si alim ini memanggil Bishr dengan berkata,”Beritahu Bishr aku hendak sampai kan sesuatu”.

Bishr dalam keadaan mabuk bertanya, “Pesan dari siapa?”.
Lelaki alim itu menjawab “Pesanan dari Tuhan mu”.

Bishr terus berkata sambil menangis,”Akhirnya… akhirnya”. Lalu memohon untuk berkata kali terakhir kepada kawan-kawan minumnya,”Aku telah terima panggilan, aku akan pergi dan kamu tidak akan melihat aku dalam keadaan ini lagi”.

Maka mulai hari itu dia terus hidup dengan segala kesucian dan membawa diri sendiri.

Ketika ditanya kenapa dia tidak memakai alas kaki apa-apa, Bishr akan menjawab, “Ketika aku dihidayahkan Allah pada saat itu aku sedang tanpa alas kaki, maka aku akan terus begini”.

Ahmad bin Hanbal ketika di tanya kenapa sering pergi berjumpa Bishr sedang dia lebih tinggi ilmu nya dan lebih banyak anak murid nya, Imam Ahmad menjawap,”Dari segi ilmu aku lebih tinggi dari dia, tetapi dia mengenali Allah lebih dari aku” .

Ahmad ibn Ibrahim juga menceritakan “Bihsr berjanji akan datang berjumpa kami tetapi tidak muncul. kami solat zuhur pun dia belum tiba , kami solat asar pun dia belum tiba lalu kami berkata apa kah janji Bishr ini?
Kemudian terlihat Bishr tiba, begitu tiba di sungai Tigris Bishr berjalan di atas air lalu berjumpa kami dan bertukar ilmu sehingga subuh, kemudian dia berjalan di atas air untuk kembali.
Bishr berpesan kepada sahabatnya,” tidak Usah khabarkan kepada sesiapa apa yang kamu lihat aku lakukan tadi (berjalan atas air) lalu sahabat itu tidak bercerita dan memegang rahasia sehingga Bishr sudah meninggal dunia.
Bishr pernah menyampaikan pelajaran dan kemudian sempat bercerita, “Pernah aku berjumpa dengan Rasulullah saw dalam mimpi ku, berkata baginda, “Bishr tahukah kamu kenapa kamu dipilih (jadi wali) ?” “Tidak Tuan” jawab Bishr, “Ia karena kamu telah mengikuti sunnahku dengan baik memberi nasihat yang baik dan mencintaiku serta keluargaku, maka atas sebab ini Tuhan telah menaikkan maqammu.”
Ketika di tempat tidur saat sedang uzur, seorang lelaki datang melawatnya dan bercerita tentang kesusahannya, Bishr pun memberikan lelaki itu baju yang sedang dipakainya dan meminjam baju orang lain sebagai ganti. Dengan baju pinjaman itulah dia menghembuskan nafasnya.
Telah dikisahkan selagi Bihsr masih hidup tiada keledai membuang kotoran di lorong-lorong di jalan kota Baghdad, sang keledai seolah-olah menghormati Bishr yang senantiasa "nyeker" (tidak memakai alas kaki) .
Satu hari seorang lelaki melihat ada seekor keledai membuang kotoran di jalan , lalu terus dia berkata “ Oh Ya Allah, pasti Bishr sudah meninggal dunia”


No comments:

Post a Comment