Di grup wasap, hari ini sedang ramai ibu2 yang galau mencari ART (Asisten Rumah Tangga) untuk mengasuh anaknya. Ya namanya ibu bekerja, keluar rumah jam 05.30 atau jam 06.00 balik sampai ke rumah jam 17.00 atau bahkan jam 19.00 kalau ada lembur atau kena macet. Cuti melahirkan 3 bulan saja. Begitu anak usia 3 bulan, sudah harus ditinggal kerja, artinya harus ada yang mengasuh.
Sebagian memilih memanggil orangtuanya untuk mengasuh sang cucu. Tapi ini bukan pilihan bijak. Orang tua kita dulu merawat kita. Sekarang sudah tua, kita suruh pula merawat anak2 kita. Hadeh....
Yang gajinya lebih, menggaji ART menjadi satu pilihan terbaik. Tapi, ketika kalangan menengah semakin banyak (kalangan yg sanggup menggaji ART 1-2jt sebulan), sedangkan suplay orang yang mau jadi ART semakin sedikit, masalah baru pun timbul. Susahnya nyari ART untuk ngasuh anak. Okelah, kalau ART buat cuci setrika bisa part time. Tapi ngasuk anak, ya kudu full time sampai emaknya pulang kantor bukan?
Maka menjamurlah daycare2 di kawasan yang kalangan menengah tersebut. Tapi, harganya kadang ngak masuk kantong.
Disini perlunya kantor2 dan perusahaan2 yang mempekerjakan wanita perlu memikirkan "keperluan" wanita yang dipekerjakannya tersebut. Menteri aparatur negara dan menteri pemberdayaan wanita serta menteri sosial sepatutnya ambil tanggung jawab ini.
Kasihan kan, ibu2 yg dipekerjakannya galau karena anaknya ngak ada yang mengasuh...
Sebagian memilih memanggil orangtuanya untuk mengasuh sang cucu. Tapi ini bukan pilihan bijak. Orang tua kita dulu merawat kita. Sekarang sudah tua, kita suruh pula merawat anak2 kita. Hadeh....
Yang gajinya lebih, menggaji ART menjadi satu pilihan terbaik. Tapi, ketika kalangan menengah semakin banyak (kalangan yg sanggup menggaji ART 1-2jt sebulan), sedangkan suplay orang yang mau jadi ART semakin sedikit, masalah baru pun timbul. Susahnya nyari ART untuk ngasuh anak. Okelah, kalau ART buat cuci setrika bisa part time. Tapi ngasuk anak, ya kudu full time sampai emaknya pulang kantor bukan?
Maka menjamurlah daycare2 di kawasan yang kalangan menengah tersebut. Tapi, harganya kadang ngak masuk kantong.
Disini perlunya kantor2 dan perusahaan2 yang mempekerjakan wanita perlu memikirkan "keperluan" wanita yang dipekerjakannya tersebut. Menteri aparatur negara dan menteri pemberdayaan wanita serta menteri sosial sepatutnya ambil tanggung jawab ini.
Kasihan kan, ibu2 yg dipekerjakannya galau karena anaknya ngak ada yang mengasuh...
No comments:
Post a Comment