Siang ini saya cukup tersentuh dengan tetamu yang datang ke Cafe Ikhwan. Guru saya mengajarkan bahwa siapapun yang datang ke Cafe adalah tetamu, BUKAN PELANGGAN, BUKAN PEMBELI. Layan mereka seperti melayan tetamu. Kalau pelanggan atau pembeli, tentu yang pengen kita dapatkan adalah uang mereka. Kita jual, mereka beli.
Tetamu tentu lain. Tetamu wajib dilayan. Bahkan bila mereka makan ngak bayar sekalipun, namanya tetamu ya ngak apa-apa. Nanti kita minta pada Allah untuk modalnya lagi. Bukankah Allah yang mewajibkan melayan tetamu? Tentu Allah yang akan cukupkan keperluan dalam melayan tetamu. Niat buka Cafe, rumah makan, menyediakan makanan buat tetamu. Khidmat pada tetamu yang perlu makan.
Kembali kepada tetamu yang datang makan siang tadi. Setelah basa basi, saya tanya, "mau makan apa mas?". "kalau 7rb dapat apa ya? Soalnya uangnya habis" tanya tetamu.
Deg....terkejut saya dengan pertanyaan dia. Pertanyaan yang tidak biasa. Biasanya orang datang tanya, kalau pake ini pake itu berapa tapi mungkin karena duit dah pas-pasan nanyanya kalao uang segini dapat apa?.
Saya pun menimpali, "Insya Allah nanti uangnya datang lagi :)". "silahkan ambil aja sendiri lauk ama sayur capcay tu, ada tongkol ambil aja"
Sembari pulang, dia keluarkan uang 7rb dari kantongnya. Saya terima dengan teriring doa dalam hati, semoga Allah mudahkan segala urusannya, lancarkan rezekinya, berkahi segala usahanya.
Saya pun merenung, sebelum tugas di Cafe ini, saya jarang berpikir untuk memberi makan orang miskin. Apalagi menganjurkan dan mengajak orang lain memberi makan orang miskin. Padahal, memberi makan orang miskin dan juga mengajak orang lain memberi makan orang miskin itu banyak disebut dalam Al Quran.
Tentu ayat mendustakan agama sangat kita hapal. Siapakah orang yang mendustakan agama? Yaitu mereka yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Dalam surat Al Mudatsir pun kita diceritakan bagaimana orang dimasukkan dalam neraka saqr. Yaitu orang yang selama di dunia tidak mengerjakan shalat dan tidak memberi makan orang miskin.
Jadi, kapankah terakhir kita memberi makan orang miskin?
Melalui tulisan ini saya mengajak diri saya dan pembaca sekalian untuk keluarkan sedikit dari harta kita pada hari ini untuk memberi makan orang yang miskin. Begitu pula esok. Selanjutnya lusa. Sampai akhirnya kita bisa istiqamah sepertimana Sayidatina Aisyah yang istiqomah tiap hari sedekah meskipun hanya separuh biji kurma.
"Kalau kita jemu makan makanan yang selalu dimakan, tidak mengapa. Tapi jangan jemu membuat kebaikan, karena selalu membuatnya.
Tetamu tentu lain. Tetamu wajib dilayan. Bahkan bila mereka makan ngak bayar sekalipun, namanya tetamu ya ngak apa-apa. Nanti kita minta pada Allah untuk modalnya lagi. Bukankah Allah yang mewajibkan melayan tetamu? Tentu Allah yang akan cukupkan keperluan dalam melayan tetamu. Niat buka Cafe, rumah makan, menyediakan makanan buat tetamu. Khidmat pada tetamu yang perlu makan.
Kembali kepada tetamu yang datang makan siang tadi. Setelah basa basi, saya tanya, "mau makan apa mas?". "kalau 7rb dapat apa ya? Soalnya uangnya habis" tanya tetamu.
Deg....terkejut saya dengan pertanyaan dia. Pertanyaan yang tidak biasa. Biasanya orang datang tanya, kalau pake ini pake itu berapa tapi mungkin karena duit dah pas-pasan nanyanya kalao uang segini dapat apa?.
Saya pun menimpali, "Insya Allah nanti uangnya datang lagi :)". "silahkan ambil aja sendiri lauk ama sayur capcay tu, ada tongkol ambil aja"
Sembari pulang, dia keluarkan uang 7rb dari kantongnya. Saya terima dengan teriring doa dalam hati, semoga Allah mudahkan segala urusannya, lancarkan rezekinya, berkahi segala usahanya.
Saya pun merenung, sebelum tugas di Cafe ini, saya jarang berpikir untuk memberi makan orang miskin. Apalagi menganjurkan dan mengajak orang lain memberi makan orang miskin. Padahal, memberi makan orang miskin dan juga mengajak orang lain memberi makan orang miskin itu banyak disebut dalam Al Quran.
Tentu ayat mendustakan agama sangat kita hapal. Siapakah orang yang mendustakan agama? Yaitu mereka yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Dalam surat Al Mudatsir pun kita diceritakan bagaimana orang dimasukkan dalam neraka saqr. Yaitu orang yang selama di dunia tidak mengerjakan shalat dan tidak memberi makan orang miskin.
Jadi, kapankah terakhir kita memberi makan orang miskin?
Melalui tulisan ini saya mengajak diri saya dan pembaca sekalian untuk keluarkan sedikit dari harta kita pada hari ini untuk memberi makan orang yang miskin. Begitu pula esok. Selanjutnya lusa. Sampai akhirnya kita bisa istiqamah sepertimana Sayidatina Aisyah yang istiqomah tiap hari sedekah meskipun hanya separuh biji kurma.
"Kalau kita jemu makan makanan yang selalu dimakan, tidak mengapa. Tapi jangan jemu membuat kebaikan, karena selalu membuatnya.
No comments:
Post a Comment