Fase demi fase kehidupan terus bergulir. Masa bayi beranjak menuju masa kanak-kanak. Terus bergulir menjadi masa remaja. Selanjutnya menjadi pemuda kemudian menua.
Bermula dari tiada keupayaan menjadi berdaya kemudian balik lagi menjadi tiada upaya.
Begitulah hidup, yang hanya "mampir ngombe", hanya sekedar singgah minum. Perjalanan ruh akan terus berjalan menuju destinasinya. Kembali ke alam barzakh sebagai penantian untuk kembali ke alam akhirat.
Dalam fase hidup yang teramat singkat itu, kalau kita lihat fase demi fase dalam kehidupan Kanjeng Nabi saw tentu akan membuat kita meneteskan air mata haru. Hidup yang penuh perjuangan untuk memperkenalkan Tuhan.
Lahir sebagai anak yatim, tiada sempat melihat wajah ayahnya. Hidup dalam kemiskinan di awal kehidupannya. Kemudian menjadi kaya di saat muda, mempunyai istri janda kaya.
Begitu dilantik menjadi Nabi, seluruh kekayaannya dikorbankannya di jalan Allah. Fase 23 tahun terbagi menjadi 13 tahun fase makah dan 11 tahun fase madinah.
13 tahun pertama hidup dalam pengucilan dan penolakan dari kaum kerabat. Sempat diboikot, dikarantina selama 3 tahun hanya makan rumput kering. Yang menjadi pengikutnya disiksa dan mengalami berbagai bentuk intimidasi. Disiram air najis dan berbagai bentuk penghinaan.
11 tahun dalam fase madinah, terjadi 74 kali peperangan dan memimpin langsung 27 kali peperangan. 11 tahun itu 132 bulan kalau dibagi 27, artinya tiap 4 bulan sekali keluar berperang.
Dari sudut ini terasa betapa pedih dan sukarnya memperjuangkan Allah agar dikenali, dicintai dan ditakuti. Penentangnya banyak. Musuhnya banyak.
Tapi, Nabi datang untuk menang!
Semua hambatan dan rintangan serta makar yang dibuat oleh musuh2 Allah dapat dilepasi. Sesungguhnya mereka membuat makar tetapi makar Allah lebih hebat. Mereka punya seribu satu muslihat, tapi Allah muslihat yang tak terbilang.
Cukuplah kisah penentang2 kebenaran di masa silam menjadi iktibar buat kita. Bila ragu dan memilih sikap tawaqquf, cukuplah wait and see aja. Jangan memihak pada kaum yang jelas-jelas memusuhi kebenaran. Apalagi ikut memusuhi kebenaran.
No comments:
Post a Comment