('Āli `Imrān):181 - Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar".
Ketika memulai sholat, kita angkat kedua tangan seraya melafadz Allah Maha Agung. Dzat Yang Maha Agung itu miskin? How could? That's imposible! Mustahil!
Ya, mulut kita yg Islam ini tentu saja tidak akan mengucapkan Allah itu miskin. Kita tentu akui Allah itu Maha Kaya. Dialah pencipta dan pemilik jagat raya ini. Tak kan dia miskin papa kedana.
Namun, tidak begitu dengan perasaan kita. Memang mulut akui Tuhan itu Maha Kuasa, Maha Agung, Tempat Bergantung, maha Kaya. Akan tetapi perasaan dan tindakan kita berkata lain. Kita bergantung dan berharap pada makhluk.
Merasakan Allah Yang Maha Agung itu Maha Kaya, cukup hanya pada Dia kita bergantung harap, memang bukan mudah. Itu karunia. Tetapi kita tetap harus berusaha untuk mendapatkan perasaan itu. Karena usaha2 itu adalah perintah Allah.
Bagaimana usaha yang bisa dibuat untuk melatih mendapatkan perasaan cukup Allah bagiku, Dia Maha Kaya, Dia satu2nya tempat aku bergantung.
Korbankan apa yang kita miliki dan kita cintai, yg selama ini menjadi tempat pergantungan.
Contoh simpel untuk memulai latihan. Di dompet katakan ada duit 200ribu rupiah. Sanggup tidak keluarkan 50 persennya untuk menagih rasa pergantungannya hanya kepada Allah.
Kalau sudah terasa ringan, sudah tidak terasa mujahadah korban separo uang di dompet, tingkatkan menjadi separo simpanan di ATM. Nah itu tentu lebih menantang bukan? Perasaan bergantung pada simpanan ATM atau pada Allah yang Maha Kaya? Tuhan yang open 24jam non stop mendengar dan mengabulkan hajat hamba2Nya.
Kalau sudah berhasil terus tingkatkan sampai hanya tersisa Allah dan Rasul.
Selamat mencoba....
No comments:
Post a Comment